1. Pemandian Potre Koneng di Sumenep, Madura
Keraton yang terletak di kelurahan Pajagalan kec. Sumenep di sebelah ujung timur pulau Madura ini adalah tempat dimana peninggalan para raja sumenep disimpan. Dulunya, keraton ini adalah tempat kediaman adipati sumenep. Dan sekarang keraton ini digunakan untuk menyimpan peninggalan-peninggalan Raja Sumenep. Hingga sekarang keraton sumenep ini sangat dijaga kebersihannya dan keasliannya. Sehingga pengunjung sangat puas ketika mendatangi kraton tersebut. Banyak peninggalan para raja yang sampai saat ini masih ada, seperti Al-Qur’an tulisan tangan, pusaka, dan masih banyak juga yang lain. Dan di dalam kawasan keraton ini terdapat dua pohon aneh, penduduk sekitar memberi nama masing-masing pohon wanita dan pohon pria. Di Keraton Sumenep juga terdapat tempat pemandian puteri-puteri para raja. Tempat pemandian itu disebut dengan sebutan 'Taman Sare'.
Tempat pemandian tersebut berada di dekat dengan Keraton Potre Koneng tersebut. Menurut mitos yang berkembang di masyarakat jika kita cuci muka atau mandi di taman tersebut kita akan menemukan jodoh kita secepatnya. Selain Taman Sare, di keraton sumenep juga terdapat pintu masuk yang cukup besar di depan bagian timur keraton. Pintu tersebut dinamakan 'Labeng Mesem'. Labeng mesem berasal dari bahasa Madura yang berarti Labeng yang maknanya adalah pintu, mesem bermakna tersenyum. Jadi 'Labeng Mesem' adalah pintu yang tersenyum. Mengapa disebut pintu yang tersenyum? Karena pintu tersebut memiliki ukiran yang unik sehingga membuat pintu tersebut seolah-olah tersenyum. Dan di sebelah timur pintu 'Labeng Mesem' juga terdapat pemandian. Tempat pemandian itu adalah tempat pemandian para prajurit keraton yang dinamai dengan ''Taman Lake’ ”. Dulu, yang diperbolehkan mandi di taman lake’ tersebut hanya prajurit saja.
2. Pemandian Cibulan di Kuningan, Jawa Barat
Jalan-jalan ke Cirebon tidak lengkap rasanya kalau belum mengunjungi objek wisata Pemandian Air Dingin Cibulan. Pemandian ini menjadi salah satu objek wisata tertua di daerah Kuningan. Mandi bersama Ikan Dewa saat berada di sini menjadi hal yang menarik dan unik untuk wisatawan. Objek wisata Cibulan terletak sekitar 7 kilometer dari Kuningan atau kurang lebih 28 kilometer ke arah Selatan Cirebon. Pada saat berkunjung ke sini, kebetulan kami bersama dengan teman yang kenal dengan petugas penjaga pintu masuk. Alhasil, rombongan kami dapat masuk kedalam objek wisata ini tanpa perlu membayar tiket masuk. Tapi, kalau tak memiliki kenalan alias tak bisa gratis, pengunjung harus membayar tiket seharga Rp 2.000,- untuk orang dewasa dan Rp 1.000,- untuk anak-anak. Kolam pemandian ini berdiri di atas lahan seluas 5 hektar memiliki dua buah kolam besar berbentuk persegi panjang. Kolam pertama berukuran 35 x 15 meter persegi dengan kedalaman sekitar 2 meter, sedangkan kolam kedua berukuran 45 x 15 meter persegi yang dibagi menjadi dua bagian, masing-masing dengan kedalaman 60 sentimeter dan 120 sentimeter. Dan, yang membuat unik adalah kedua kolam tersebut dihuni oleh puluhan Ikan Kancra Bodas (Labeobarbus Dournesis), atau yang lebih sering disebut sebagai Ikan Dewa oleh masyarakat setempat. Yang istimewa dari kolam pemandian ini adalah pengunjung dapat berenang bersama ikan-ikan tersebut karena ikan-ikan ini tergolong jinak. Selain itu, jika Anda tidak berenang dan hanya ingin memegang ikan ini saja, dapat menggunakan jasa pawang ikan di sana.
Kedua kolam di Pemandian Cibulan ini selalu rutin dikuras dan dibersihkan setiap 1 sampai 2 minggu sekali, bergantung pada tingkat kebersihan airnya. Nah, yang unik adalah pada saat air kolam dikuras, ikan-ikan yang tadinya berada di dalam kolam akan hilang entah kemana dan ketika kolam kembali diisi airnya, ikan-ikan tadi akan muncul kembali dengan jumlah yang sama seperti sebelum kolam dikuras airnya. Konon ketika air kolam dikuras, ikan-ikan berpindah ke Kolam Cigugur, Kecamatan Cigugur yang juga merupakan objek wisata serupa di Cirebon. Mitos yang berkembang di masyarakat adalah bahwa ikan-ikan Dewa yang ada di dalam kolam Pemandian Air Dingin Cibulan ini adalah prajurit-prajurit yang membangkang pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi sehingga mereka dikutuk oleh Prabu Siliwangi menjadi ikan. Konon ikan-ikan dewa ini dari dulu sampai sekarang tidak pernah bertambah ataupun berkurang jumlahnya. Terlepas dari benar atau tidaknya legenda itu, sampai dengan saat ini tidak ada yang berani mengambil ikan ini karena dipercaya bahwa barang siapa yang berani mengganggu ikan-ikan tersebut niscaya akan mendapat kemalangan.
Selain kolam dengan ikan dewanya, objek wisata Cibulan juga terkenal 7 sumber mata air keramat yang bernama Tujuh Sumur. Ketujuh sumber mata air ini terletak di sudut Barat permandian. Ketujuh mata air tersebut berbentuk kolam-kolam kecil yang masing-masing memiliki nama, yaitu Sumur Kejayaan, Sumur Kemulyaan, Sumur Pengabulan, Sumur Cirancana, Sumur Cisadane, Sumur Kemudahan, dan Sumur Keselamatan. Konon, terdapat kepiting emas di dalam salah satu kolam tersebut. Bila sedang mujur, pengunjung yang bisa melihat kepiting itu permohonannya akan terkabulkan. Letak ketujuh mata air tersebut mengelilingi sebuah petilasan yang konon merupakan petilasan tempat Prabu Siliwangi beristirahat sekembalinya dari Perang Bubat. Petilasan itu berupa susunan batu seperti menhir dan dua patung harimau loreng, lambang kebesaran Raja Agung Padjadjaran. Tujuh Sumur dan Petilasan Prabu Siliwangi ini akan ramai dikunjungi orang untuk berziarah pada malam Jumat Kliwon atau selama bulan Maulud dalam penanggalan Hijriah. Masyarakat percaya bahwa air dari Tujuh Sumur membawa berkah dan dapat mengabulkan permohonan mereka. Jika Anda tertarik dan penasaran dengan legenda ikan Dewa ini ada baiknya Pemandian Air Dingin cibulan menjadi alternatif pilihan untuk liburan. Selain murah, tempat ini juga sangat sejuk dan masih banyak pepohonan rindang yang menjadikan suasana di sini semakin alami.
3. Pemandian Aek Sipitu Dai di Samosir, Sumatera Utara
Danau Toba, mendengar namanya mungkin sudah tidak asing lagi di telinga wisatawan lokal maupun mancanegara. Sebab danau ini merupakan danau vulkanik yang sudah sangat populer di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia. Bagaimana tidak ? Danau yang terletak di Sumatera Utara ini memiliki eksotika yang sangat indah mulai dari panorama alam hingga tradisi khas Batak Toba yang masih dilestarikan dari generasi ke generasi hingga kini. Sehingga tak heran, Danau Toba kini telah menjadi destinasi pariwisata Internasional yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan yang berasal dari Indonesia maupun dari berbagai belahan dunia. Seiring dengan promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, kini Danau Toba pun juga telah menjadi icon pariwisata Indonesia dan setiap tahunnya selalu dipadati oleh wisatawan, terutama pada saat moment Pesta Danau Toba yang kini diadakan setiap tahun. Berbicara tentang pesona Danau Toba, tak lengkap rasanya jika kita berbicara tentang berbagai objek wisata alam yang populer di sekitar Danau Toba seperti gunung, pulau, pantai, perbukitan hingga berbagai jenis wisata budaya seperti desa-desa di sekitar Danau Toba, tradisi masyarakat Batak di Danau Toba hingga kerajinan tangan yang dihasilkan oleh penduduk desa.
Sebetulnya, objek-objek wisata ini dapat Anda kunjungi apabila Anda berwisata ke Danau Toba, karena hampir semua objek wisata ini telah dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat. Objek wisata alam yang cukup populer salah satunya adalah Aek Sipitu Dai atau yang lebih dikenal dengan nama Sumur Pancuran Tujuh Rasa. Mendengar namanya mungkin sudah tak asing lagi dimata para wisatawan lokal maupun mancanegara karena memang sangat populer. Ya, Aek Sipitu Dai ini merupakan destinasi pariwisata terpopuler di Danau Toba karena keunikannya yang mampu menarik hati para wisatawan. Keunikan yang terdapat di Aek Sipitu Dai adalah di kawasan ini terdapat tujuh sumber mata air yang masing-masing memiliki rasa yang berbeda dari rasa oranye, jeruk nipis hingga rasa yang tidak dapat diketahui, namun dari ketujuh sumber mata air tersebut tidak ada satu pun yang berasa air tawar meskipun Danau Toba merupakan danau air tawar terbesar di Indonesia. Sumber mata air tersebut telah ada sejak masa Siraja Batak mendiami Pulau Samosir sebagai tempat bermukimnya, bahkan sumber mata air tujuh rasa ini digunakan untuk kegiatan sehari-hari bagi Siraja Batak dan keluarganya, bahkan digunakan juga oleh beberapa generasi setelahnya. Sehingga keberadaan Aek Sipitu Dai ini merupakan bukti dari situs sejarah etnis Batak di Sumatera Utara.
Ketujuh mata air tersebut bermuara ke dalam sebuah wadah seperti bak yang berukuran panjang dan di dalam wadah tersebut rasanya bercampur baur antara satu sama lain sehingga menciptakan satu rasa yang sama. Kemudian, dari wadah tersebut, air kembali mengalir menuju tujuh pancuran berikutnya, namun uniknya tujuh pancuran tersebut juga rasanya berbeda-beda seperti pada tujuh muara yang pertama kalinya. Karena keunikannya objek wisata yang satu ini, keberadaan sumber mata air tujuh rasa yang bernama Aek Sipitu Dai telah menggugah rasa penasaran para wisatawan, sehingga banyak dari wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba pasti menyempatkan diri untuk pergi ke Aek Sipitu Dai sekedar untuk melihat keunikannya atau pun merasakan ketujuh rasanya. Namun, keunikan yang tercipta dari Aek Sipitu Dai ini juga tidak terlepas mitos-mitos di Tanah Batak yang masih berlaku hingga kini. Konon, menurut masyarakat sekitar dan beberapa penjaga Aek Sipitu Dai untuk masuk ke objek wisata ini tidaklah sembarangan, sebab bagi para wisatawan yang ingin mandi ataupun merasakan ketujuh rasa airnya harus berhati bersih dan tidak memiliki hati yang kotor, karena dipastikan bagi yang memiliki hati yang kotor maka ada saja bala yang akan di dapatkan. Ya, bagi wisatawan yang berkunjung ke Aek Sipitu Dai ini diharuskan untuk menghormati kepercayaan dan tradisi masyarakat sekitar yang telah diturunkan dari generasi-generasi sebelumnya.
Selain itu, menurut kepercayaan masyarakat sekitar, apabila ada wisatawan yang mengambil ketujuh sumber mata air ini untuk dibawa pulang apalagi dengan jarak yang sangat jauh, namun tidak mendapatkan izin dari para penghuni yang menjaga kawasan ini maka ketujuh air yang dibawa tersebut akan berasa seperti air tawar dan tujuh rasa yang tercipta dari sumber mata airnya pasti hilang. Karena apabila ada yang ingin mengambil sumber mata air ini, tidaklah sembarangan. Khasiat yang terkandung dalam ketujuh sumber mata air ini memang terkenal sejak dahulu, sehingga tak jarang banyak wisatawan yang membawanya pulang. Selain itu, menurut kepercayaan masyarakat sekitar pun, siapa yang mandi di sumber mata air ini maka penyakit yang di deritanya pun akan hilang, tentunya dengan hati yang bersih pula agar terhindar dari malapetaka. Hingga kini mitos tentang Aek Sipitu Dai masih tetap melekat pada tradisi dan kebudayaan masyarakat Batak yang bermukim di sekitar Danau Toba. Selain sebagai wisata alam, Aek Sipitu Dai juga bisa dikatakan sebagai situs sejarah etnis Batak yang harus dilestarikan keberadaannya agar tidak hilang seiring dengan berjalannya waktu. Tak hanya dikenal oleh wisatawan lokal saja, bahkan objek wisata Aek Sipitu Dai ini pun juga telah dikenal oleh wisatawan mancanegara. Sehingga tak jarang, pada bulan-bulan tertentu terlihat beberapa wisatawan mancanegara berlalu lalang di sekitar objek wisata ini. Bagaimana, Anda berminat untuk berkunjung ke Aek Sipitu Dai ?
4. Pemandian Watugede di Singosari, Malang
Dulunya, tempat wisata ini adalah tempat pemandian khusus untuk Raja dan juga putri-putri Raja pada zaman Kerajaan Singosari. Seorang Arkeolog yang berasal dari Negara kincir angin berhasil menemukan tempat ini pada tahun 1925. Pemandian Watugede Malang berada di Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Lokasi Pemandian ini mudah di temukan, karena berdekatan dengan Jalan besar Malang – Surabaya. Tempat ini cocok sekali untuk berlindung dari panasnya Matahari karena banyak pohon yang di tanam. Sejuk dan teduh itulah yang bisa menggambarkan suasana di pemandian Watugede Malang ini. Di pemandian ini hanya tersedia satu kola dengan ukuran 3×7 meter. Di sekeliling pemandian ini kelilingi beberapa pohon dan di beri pagar berupa kawat berduri. Keunikan dari area ini adalah keluarnya air jernih dari mata air setempat dan mengalir terus menerus sampai sekarang. Namun sangat disayangkan sekali, karena mungkin sudah terlalu lama usia bangunan sehingga banyak beberapa bangunan yang sudah tidak ada lagi wujudnya atau roboh. Untuk mengamankan sisa area yang masih ada, akhirnya area yang tersisa sekitar tahun 1970-an di ambil dan di amankan di museum Trowulan Mojokerto. Jadi yang tersisa di area ini tinggal keindahan kolam dengan satu area berbentuk garuda di pojok timur di bawah pohon raksasa yang orang sekitar menyebut pohon pelo. Sumber air dengan debit yang cukup besar tersebar disetiap sisi pemandian yang masih ada.
Di sudut pojok pemandian kolam ini terdapat sebuah sumur yang di gunakan untuk meletakkan sesaji. Kolam ini memiliki sebuah tangga dari batu untuk masuk kedalam kolam. Sebagian tangga batu disini masih ada yang utuh tapi ada juga yang diganti dengan tangga dari semen. Salah satu yang menarik dari tangga ini yaitu salah satu tangga dari batu ini memiliki permukaan yang berlubang-lubang dengan jarak beraturan. Orang sekitar menyebutnya dengan nama 'Watu Dakon'. Menurut juru kunci di tempat ini Watu Dakon berfungsi sebagai penunjuk waktu untuk putri-putri raja yang sedang mandi di tempat tersebut. Selain terdapat Watu Dakon di pemandian watugede ini juga terdapat 'Batu Gores' berjumlah 3 buah. Menurut Juru kunci di tempat ini Batu ini berfungsi untuk mengasah pedang yang akan digunakan untuk menghukum pancung untuk laki-laki yang nekad menyusup ke dalam pemandian ini, karena pemandian hanya di khususkan untuk para putri raja dan juga dayang-dayang wanita. Warga sekitar percaya bahwa Ken Dedes ketika masih bersuamikan Tunggul Ametung sudah menjadikan tempat ini sebagai pemandiannya. Hingga kini pemandian Watugede diyakini masih dijaga oleh Ken Dedes. Hal magis sering terjadi di tempat ini menimpa orang yang datang. Di dekat sumur terdapat gua yang memiliki fungsi sebagai tempat berlindung untuk putri-putri Raja jika sewaktu-waktu terjadi bahaya. Namun Gua ini sekarang sudah ditutup.
5. Pemandian Banyu Biru di Pasuruan, Jawa Timur
Pemandian Banyu Biru merupakan sebuah tempat wisata renang alam yang berada di desa Sumberejo, kecamatan Winongan, Pasuruan. Tempat wisata ini memiliki 4 kolam renang. Dua di antaranya adalah kolam yang airnya dari sumber alam, berwarna putih jernih agak kebiru-biruan karena dalam. Itu sebabnya tempat tersebut dinamai 'Banyu Biru' atau dalam bahasa Indonesia si sebut air biru. Dulunya kolam ini disebut 'Telaga Wilis'. Di Bayu Biru juga terdapat kolam renang buatan dan sarana seperti tempat bermain, panggung, lapangan tenis, stand pameran dan kolam ikan. Pada Jumat Legi dalam pasaran Jawa, pengunjung datang ke Banyu Biru untuk mandi dalam kolam. Menurut dongeng, siapa pun yang mandi di kolam ini akan awet muda. Di Banyu Biru juga terdapat banyak sejenis ikan wader yang disebut dengan 'Ikan Sengkaring', yang panjangnya bisa mencapai 115 sentimeter dan lebarnya hingga 30 sentimeter.
6. Pemandian Sendang Senjoyo di Semarang, Jawa Tengah
Letaknya di Desa Tegalwaton Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Pemandagan sangat alami, ditambah ikan yang berkeliaran bebas terlihat dengan jelas, dan tak takut dengan orang yang sedang berenang di kolam. Berbagai batuan berelief peninggalan kuno masih ada di Senjoyo. Konon, dulunya Pemandian Senjoyo ini digunakan oleh para putri raja. Ada pula patung yang di kanan kirinya ada tempat pembakaran dupa. Disini banyak juga orang yang melakukan larung untuk membersihkan diri jasmani dan rohani di Sendang itu. Menurut legenda setempat, Mas Karebet atau Joko Tingkir pernah bertapa kungkum di Senjoyo. Kelak di kemudian hari, Joko Tingkir berkedudukan sebagai penguasa Kesultanan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijoyo.
Dulu, sebelum mengabdi di (Kesultanan) Demak, Mas Karebet merendam diri di sini untuk berolah kesaktian. Legenda Senjoyo dengan Mas Karebet-nya itu masih populer di tengah masyarakat sampai saat ini. Konon, katanya, air sendang yang biasanya tenang tiba-tiba menyembur deras. Jika dibiarkan, bisa terjadi banjir. Bujangan dari Desa Tingkir itu dengan cepat memotong rambutnya untuk menyumbat mata air yang menggila. Konon rambut gondrong Joko Tingkir menjadi penyaring mata air sendang hingga air mengucur bening hingga hari ini. Hingga saat ini Pemandian Senjoyo masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, entah sekedar menikmati pemandangan, ataupun mandi dan berenang. Kelebihan Senjoyo, meski di musim kemarau manakala beberapa daerah di Salatiga kesulitan air, Sendang Senjoyo tetap mengalir. Sendang tersebut hingga kini merupakan sumber mata air bagi warga Salatiga dan Kabupaten Semarang yang tak pernah kering walau kemarau panjang. Selain itu, aliran mata air tersebut juga digunakan untuk kepentingan pertanian di dua daerah itu.
7. Pemandian Wendit di Malang, Jawa Timur
Taman Wisata Wendit terletak di Desa Mangliawan, Kec. Pakis, Kabupaten Malang yang berjarak 8 kilometer dari pusat Kota Malang. Lokasinya terletak di tepi kanan jalan utama arah ke Gunung Bromo melalui Tumpang (via) Poncokusumo. Taman rekreasi dan pemandian Wendit, menyediakan Kolam Renang (alami serta buatan) yang luas, baik untuk dewasa maupun anak-anak, Perahu Dayung, Water Technology berupa Kolam Gelombang dan Kolam Arus, Waterboom, Bom-bom Car, Worm Coaster, Carousel dan Sepeda Air, Restoran, Restoran Apung, Food Centre atau Kantin, Pentas Musik, Outbond, Spa, Cottage serta berderet toko yang menjajakan cinderamata khas Wendit. Taman wisata ini mempunyai acara yang khas pada setiap Bulan Syawal. Dimana taman wisata dipenuhi oleh para pengunjung yang ingin merayakan hari Lebaran sampai dengan hari Ketupat Lebaran.
Biasanya dengan mengadakan berbagai macam hiburan serta mendatangkan artis-artis terkenal pada tanggal 1 sampai 11 Syawal. Disamping itu dengan mandi dikolamnya menurut kepercayaan mempunyai khasiat membuat wajah tampak 'awet muda'. Dan masyarakat suku Tengger juga mengambil air dari 'Sumber Air Mbah Kabul' ini, dibawa pulang dengan kepercayaan yang sama seperti di Pulau Sempu, yaitu untuk kesembuhan dan kesehatan. Menurut mereka khasiatnya sama dengan 'Air Widodaren' dari Gunung Bromo yang merembes ke arah Wendit. Daya tarik yang khas adalah adanya puluhan kera yang jinak yang bebas berkeliaran di hutan kecil di Wendit dan menghuni dipepohonannya. Beberapa arca kuno juga dapat dilihat di taman ini dan dapat diperoleh cindera mata hasil kerajinan penduduk setempat. Di dalam taman rekreasi ini terdapat monumen pesawat Mig-19 yang dulu berpangkalan di bandara Abdul Rachman Saleh. Mata air Wendit merupakan salah satu sumber air bagi PDAM Kota Malang.
No comments:
Post a Comment