Wednesday

Begitu Aneh, Awan Misterius ini Bentuknya Sangat Tak Biasa

Begitu Aneh, Awan Misterius ini Bentuknya Sangat Tak Biasa
One web id — Coba anda perhatikan, awan ini bentuknya sangat khas, terdapat lubang di bagian tengahnya seperti telah terkena pelubang kertas. Awan aneh ini dinamai awan hole punch, biasanya awan ini terbentuk di dekat bandar udara (bandara) atau dengan kata lain disebut pangkalan udara militer.

Akibat kemunculannya, awan ini telah memancing perhatian para ilmuwan. Mereka menemukan bahwa daerah-daerah di dekat bandara komersial kadang-kadang mengalami peningkatan curah hujan ataupun salju kecil tapi dapat diukur– pada saat pesawat udara akan lepas landas dan mendarat dalam kondisi atmosfer tertentu.
Begitu Aneh, Awan Misterius ini Bentuknya Sangat Tak Biasa
clavesiete.blogspot.com
Diketahui bahwa awan berbentuk begitu aneh ini bisanya berbentuk lubang atau kanal panjang, mereka akan terbentuk ketika pesawat terbang melalui awan level tengah tertentu menekan udara di sekitarnya hingga tersebar dan mendingin dengan cepat. Hal itu akan menyebabkan butiran air halus membeku sehingga menjadi es dan nantinya akan berubah menjadi salju ketika mereka jatuh ke permukaan bumi, akibatnya akan meninggalkan celah berbentuk aneh di awan.

Menurut studi baru yang dipimpin oleh National Center for Atmospheric Research (NCAR) ini merupakan bagian riset yang difokuskan pada awan aneh tersebut. Tim riset, termasuk sejumlah peneliti dari NASA Langley Research Center dan University of Wyoming di Laramie, menggunakan citra satelit dan simulasi komputer ramalan cuaca untuk memeriksa seberapa sering tipe awan yang tak pernah dihiraukan sebelumnya itu terjadi dalam radius 100 kilometer dari 6 bandara komersial, yaitu London Heathrow, Frankfurt, Charles De Gaulle (Paris), Seattle-Tacoma, O’Hare (Chicago), Yellowknife (Kanada), dan Byrd Station di Antartika.

Mereka telah menemukan bahwa, tergantung pada bandar udara ataupun jenis pesawatnya, kondisi atmosfer yang tepat umumnya terjadi sekitar 6 persen. Dan biasanya awan berbentuk aneh seperti ini juga sering terjadi di iklim yang lebih dingin.

Andrew Heymsfield dari NCAR, yaitu peneliti utama studi tersebut menyatakan bahwa fenomena semacam ini tampaknya terjadi di banyak bandara lain, terutama di daerah yang terletak pada garis lintang tinggi dan tengah, pada bulan dengan temperatur sangat rendah. Variabel kuncinya adalah apakah di dekatnya juga terdapat lapisan awan yang mengandung butiran air pada temperatur jauh di bawah titik beku, sesuatu yang umum ditemukan.

Akan tetapi, tim peneliti belum berani memastikan apakah hujan dan salju yang turun di sekitar lapangan terbang akibat efek itu cukup signifikan. Sebenarnya hasil penemuan ini masih membutuhkan sejumlah riset lain yang lebih detail.

“Tampaknya efek yang disebabkan oleh pesawat ini terjadi secara luas,” ujar Heymsfield. “Secara tak disengaja pesawat menyebabkan hujan atau salju ketika mereka terbang melalui awan tertentu. Ini bukan berarti hujan dan salju yang tercipta cukup besar untuk mempengaruhi iklim global, tapi jumlahnya cukup di sekitar bandara besar di daerah pada garis lintang tengah.” tambahnya.

Para ilmuwan tidak menghitung jumlah total hujan atau salju yang akan dihasilkan oleh terbentuknya awan bolong itu. Meskipun begitu, berdasarkan hasil analisis data radar mengindikasikan bahwa tingkat hujan salju nyaris mencapai 1 inci per jam setelah beberapa pesawat melintasi kawasan tersebut.

Setidaknya selama beberapa dasawarsa ini para ilmuwan telah berusaha mengungkap asal-usul lubang dan kanal awan misterius tersebut. Pada tahun lalu Heymsfield juga mengepalai sebuah studi yang mengungkap bahwa celah yang terbentuk, yang terkadang tampak seperti lubang raksasa di langit, terjadi ketika pesawat terbang menembus awan di ketinggian menengah yang mengandung butiran air super dingin.

Pada saat sebuah pesawat turboprop terbang menembus lapisan awan dengan temperatur sekitar minus 15 derajat Celsius atau lebih rendah, ujung baling-balingnya dapat menyebabkan udara tersebar dengan cepat. Ketika tersebar, maka udara akan segera mendingin dan akhirnya menyebabkan butiran air super dingin membeku sehingga menjadi partikel es yang melenyapkan butiran air, kemudian jatuh ke bumi sebagai salju atau hujan.

Diperkirakan pesawat jet membutuhkan temperatur jauh lebih dingin, antara minus 20 sampai minus 25 derajat Celsius, untuk menciptakan efek hujan mendadak itu. Udara terdesak untuk menyebar ke atas sayap pesawat ketika pesawat bergerak maju, mendinginkan dan membekukan butiran air dalam awan. Meskipun begitu, namun efek ini tak ada kaitannya dengan jejak uap air terkondensasi yang dihasilkan semburan emisi gas buang mesin jet, yang disebut sebagai contrail.

Dalam sebuah riset yang dilakukan baru-baru ini, tim studi menggunakan pengukuran awan yang diambil oleh satelit CALIPSO milik NASA, untuk menghitung seberapa sering kondisi itu terjadi dalam radius 100 kilometer di beberapa bandar udara yang kawasan yang sering berawan. Mereka memilih radius 100 kilometer karena itu adalah jarak yang dibutuhkan sebuah pesawat komersial untuk terbang mencapai ketinggian 10 ribu kaki, lokasi lapisan awal super dingin berada.

Dari beberapa bandar udara besar yang diamati, mereka menemukan bahwa bandar udara Frankfurt, DeGaulle, dan O’Hare adalah lokasi yang paling sering mengalami kondisi yang tepat bagi pesawat berbaling-baling untuk menghasilkan hujan mendadak. Dalam setiap kasus, kondisi itu terjadi lebih dari 5 persen dalam setahun. Para peneliti menemukan bahwa kondisi yang tepat itu hanya terjadi sekitar 3 persen dari seluruh aktivitas pesawat jet di Heathrow, Frankfurt, dan Seattle-Tacoma.

Sebaliknya, ternyata bandar udara Yellowknife yang berada di Kanada lebih sering mengalami kondisi semacam ini, sekitar 10 persen untuk pesawat berbaling-baling dan 5 persen untuk pesawat jet. Ada kemungkinan hal ini terjadi karena kondisi awan yang lebih dingin pada daerah yang berada di garis lintang lebih tinggi. Tetapi, lapangan terbang Byrd di Antartika kerap mengalami kondisi sangat dingin yang tak memungkinkan pesawat jet menimbulkan awan berlubang secara tak disengaja.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa berbagai jenis pesawat dapat memicu terjadinya hujan atau salju. Mereka membandingkan observasi awan bolong dan awan kanal yang dilakukan oleh satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dengan catatan jalur penerbangan dari Federal Aviation Administration.

Hasilnya, pesawat jet komersial seperti Boeing 757 dan McDonnell Douglas MD-80, pesawat militer B-52, berbagai pesawat jet pribadi, dan regional, turboprop, hingga pesawat baling-baling dapat menimbulkan turunnya hujan atau salju. “Tampaknya pesawat jenis apa pun yang terbang menembus awan, yang mengandung air dalam fase cair pada temperatur di bawah titik beku, dapat menyebabkan efek ini,” kata Heymsfield.

Sementara hasil analisis data satelit yang telah dilakukan tim peneliti menunjukan bahwa lubang dan kanal awan itu dapat sering terjadi. Sebagai contoh, 92 awan aneh terlihat pada lapisan awan di atas Texas pada 29 Januari 2007. Beberapa awan kanal dan bolong bertahan hingga lebih dari 4 jam dengan panjang mencapai lebih dari 96 kilometer.

Di dalam studi yang dilakukannya, Heymsfield dan timnya juga menggunakan perangkat lunak canggih, yang disebut sebagai pemodelan ramalan cuaca dan riset, untuk mempelajari bagaimana lubang itu terbentuk dan berkembang. Hasilnya, mereka menemukan bahwa lubang itu dengan cepat menyebar sekitar 30 hingga 90 menit setelah sebuah pesawat melintas. Inilah waktu puncak terjadinya presipitasi yang diasosiasikan dengan efek awan hujan. Kemudian setelah 90 menit, es dan salju mulai meninggalkan awan.

No comments:

Post a Comment